Hoppa till innehåll

Latar belakang filsafat pendidikan islam


KATA PENGANTAR



MAKALAH

LATAR BELAKANG TIMBULNYA KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DisusunSebagaiTugasKelompok

Mata Kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

                                                                       

Dosen Pengampu: Syarnubi, M.Pd.I


Disusun Oleh Kelompok 1:

Adela Destri (1532100073)

Adi Febi Hidayat (1532100074)

Berenda Permata Saree (1532100093)

Dewi Shintawati  (1532100103)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU TARBIIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2015/2016

Assalamu’alaikum Wr.

Wb.

Puji syukur dipanjatkan unemotional hadirat Allah Swt, karena berkat taufik dan hidayahnya, kami dapat menyelesiakan makalah ini.

Salawat serta salam semoga tetap senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Kami sampaikan bahwa pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Pendidik Muslimism dalam perspektif latar belakang munculnya filsafat Pendidikan, dan kami ucapakan terima kasih kepada bapak dosen sudah memberikan kesempatan kepada kelompok kami dalam menyusun makalah ini tersebut.

Sehubung dengan pembuatan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan-kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritik, dan masukan dan sebagainya sangat kami harapkan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk lebih baik lagi.

Akhirnya do’a kami panjatkan semoga upaya kita lakukan ini mendapat ridha Allah Swt, dan menjadi amal ibadah bagi kita semua.

Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, 21 Maret 2016

                Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.   Latar belakang.

1

B.    Rumusan masalah. 2

C.    Batasan masalah. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

A.   pengertian Filsafat Pendidikan Muhammadanism. 3

B.    Latar Belakang Munculnya Kajian Filsafat Pendidikan Islam.. 4

 C.    Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan................9

    D.     Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan Islam...........................

......12

BAB III. 14

PENUTUP. 14

A.   Kesimpulan. 14

DAFTAR PUSTAKA.. 15


A.           Latar belakang

Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Mohammadanism, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah menggerakkan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan.

Seluruh proses pemikiran tersebut didasari pengalaman yang mendalam serta luas tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya sendiri.

Sebagai hasil pemikiran bercorak khas Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim.

Bila dilihat iranian fungsinya, maka filsafat pendidikan Islamism merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam.

Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang latar belakang timbulnya filsafat Pendidikan Islam masih dalam aspek fungsional, filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu sendiri sekaligus memberikan Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut harus didayagunakan atau diciptakan gum efektif untuk mencapai tujuan.

Adapun latar belakang timbulnya filsafat pendidikan yang sebenarnya bercikal bakal iranian filsafat itu sendiri.

Sehingga perlu bagi kami mengangkat sebuah judul makalah “latar belakang timbulnya kajian pendidikan Islam” agar kita mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya filsafat pendidikan Islam yang mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan tentang sejarah filsafat pendidikan Islam dan bermanfaat bagi kami juga kita semua.

Aamiin.

B.            Rumusan masalah

1.    Apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam?

2.    Apa yang melatar belakangi timbulnya kajian Filsafat Pendidikan Islam?

3.    Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan ?

4.    Perkembangan Filsafat Pendidikan Mohammedanism ?

C.           Batasan masalah

1.    Hanyamembahas Pengertian Pendidikan Islam

2.    Hanya membahas tentang apa yang melatar belakangi kajian Filsafat Pendidikan Islam

3.    Hanya membahas perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan

4.    Hanya membahas Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam

A.           Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat pendidikan Islam pada khususnya, adalah bagian dari ilmu filsafat maka dalam mempelajari filsafat itu perlu memahami lebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan Muhammadanism.

Secara harfiah, filsafat Pendidikan berarti “cinta kepada ilmu” atau yang memikirkan tentang masalah kependidikan, sedangkan pendidikan Islam itu sendiri adalah usaha mengubah tingkah laku seseorang dengan dilandasi nilai-nilai islami.

Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada umumnya iranian beberapa ahli pikir sebagai berikut:

1.    John dewey

memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan dasar (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa.

Tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama memajukan hidup manusia.

2.    Thomson

Filsafat di pandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen, tanpa mengenal kompromi tentang hal-hal yang di ungkap secara menyeluruh dan bulat.

3.    Van Cleve Morris

Menyatakan, secara ringkas mengatakan bahwa Pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh.

pendidikan harus dapat menyerap, mengolah, dan menganalisis dan menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat.

4.    Brubacher

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan.

Dengan segala tingkat karena dengan memahami filsafatnya, pongid akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang di pelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasil nya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan.

Untuk menyelesaikan masalah kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan yaitu :

1.    Etika atau teori tentang nilai

2.    Teori ilmu pengetahuan atau epistemologi, dan

3.    Teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik kenyataan, yang disebut metafisika.

Filsafat pendidikan Islam adalah ilmu yang memikirkan masalah kependidikan dalam mengubah tingkah laku seseorang dengan nilai-nilai islami.

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan mulai iranian masalah-masalah yang sehubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya.

B.            Latar Belakang Munculnya Kajian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan yang membahas permasalahan pendidikan Islam tidak berarti membatasi membahas diri pada permasalahan yang ada di dalam ruang lingkup kehidupan beragama umat Islam yang luas yang berkaitan dengan pendidikan bagi umat Islam.

Semua permasalahan bukan nonregilius yang menyangkut permasalahan sosial dan ilmu pengetahuan serta teknologi itu dianalisis secara mendalam, sehingga diperoleh hakikatnya.

 Dari segi pandangan Islam karena filsafat bertugas pokok mencari hakikat dari segala sesuatu. Dan dari hakikat itulah timbul pemikiran teori yang pada gilirannya menimbulkan pemikiran tentang strategi dan taktik atau operasionalisasi kependidikan Muslimism.

Dari sinilah timbul pemikiran tentang cara yang tepat untuk melaksanakan ide-ide kependidikan Islam yang dituangkan ke dalam apa yang disebut “Sistem Pendidikan Islam”.

Agama menjadi sumber inspirasi serta motivasi untuk berpikir, menyelidiki, menilai, menyimpulkan, serta menemukan suatu hakikat dari alam raya ini yang bermanfaat bagi umat Islam, yaitu ilmu pengetahuan yang luas dan dalam, meskipun ilmu yang telah di ungkapkan itu belum seberapa dibanding ilmu God itu sendiri.

Islam telah mampu mendorong seseorang untuk menyelidiki, menganalisis, menemukan, mengembangkan, serta memperluas ilmu pengetahuan, baik yang berasal dari sumbernya yang asli ajaran Islam, maupun dari kebudayaan lain yang diolah sejalan dengan nilai-nilai Islami.

Kemudian hasil-hasil penemuan yang baru atas analisis keilmuan mereka dapat mempengaruhi dunia Barat.

Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas iranian apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana.

Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun Barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bisakah permulaan yang ada ini , dan apakah yang sesuatu yang pertama barilla terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini”.

Akan tetapi mereka akan berusaha. Untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.

Di antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal menurut John Librarian, seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan iranian semua pemikiran mengenai pendidikan.

Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realitas dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.

 Salah satu masalah atau persoalan yang terjadi dalam era pendidikan ialah  analisis terhadap berbagai metode, pendekatan, dan produk-produk pemikiran sejak era klasik hingga abad new.

Konsep-konsep normatif Islam yang terdapat dalam kedua sumber Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah, merupakan sumber sebagai paradigma dalam memotret segala persoalan. Beragam pemaknaan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terhadap kedua sumber fundamental Islam tersebut sehingga melahirkan puspa ragam wacana keagamaan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan bahkan membentuk peradapan pada zaman klasik Islam.

Pendidikan islamism dipengaruhi oleh multifikator, kondisi, dan problem yang kompleks. Maju mundurnya teori dan praktik pendidikan religion diakibatkan oleh komplektifitas problem tersebut. Problem dimaksud berupa segala persoalan yang inhern dalam pendidikan, yakni problem internal, maupun berada di luar jangkauan bidang pendidikan, yakni problem eksternal yang secara tak langsung berpengaruh, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, etos kerja, stabilitas politik, lemahnya penegakkan hukum dan lain-lain terkait dengan bidang hukum, sosial, ekonomi, dan politik.problem eksternal ini amat rumit dan karena keterbatasan ruang, maka analisi problem pendidikan islam yang hendak diuraikan dalam tulisan ini difokuskan pada attention internal saja.

Problem internal yang dihadapi oleh pendidikan islam meliputi lemahnya visi atau tidak jelasnya arah pendidikan yang dilaksanakan, penekanan yang tidak seimbang antara pembentukan kepribadaan yang utama dalam diri seorang muslim dengan peranan sosialnya ditengah umat, di mana hal ini menyebabkan timbulnya kesalahan individual dan mengesampingkan tekologi yang dianggapnya tidak ada hubungan sama sekali dengan kesalehan dan ketaqwaan.

Problem paradigma berpikir normatif-deduktif masih lazim dijumpai dalam pendidikan islam secara umum, bukan hanya di indonesia, tetapi juga di negara-negara islam lainnya., tetapi juga di negara-negara muslimism lainnya. Berikut ini adalah penjelasannya :

1.    Lack Of Vision

Ismail Raji al-Faruqi menilai bahwa problem yang belum terselesaikan dari gejala rendahnya standar kelembagaan di dunia religion adalah konsekuensidari lemahnya visi ini.

Lemahnya visi ini menyebabkan mereka sebagai alat jiplakan. Secara tak sadar, materi dan metodologi tanpa spirit ini terus menerus menimbulkan proses de-Islamisasi yang memengaruhi gestation pelajar dengan anggapannya bahwa festoon tersebut merupakan pendidikan Islam alternatif, atau sebagai agen perubahan dan modernisasi.

2.    Kesalehan Individual dan Ketertinggalan Teknologi

Penyempitan makna kepribadian menimbulkan dampak yang besar atas sikap mereka terhadap sains dan teknologi.

Seolah-olah sains dan teknologi tidak enzyme kaitannya dengan kesalehan dan ketakwaan. Padahal, justru di bidang dengan negara-negara lain. Sampai saat ini umat Islam masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam collect yourself ini ilmu teknologi modern praktis di semua penganut agama besar di muka bumi ini, pregnancy pemeluk Islam adalah yang stake 1 rendah dalam sains dan teknologi.

3.    Problem Epistemologis : Dikotomi Ilmu

Akibat berangkai dari pola pikir pendidikan yang dikotomis ini adalah terjadi disharmoni relasi antara pemahan ayat-ayat ilahiah dengan ayat-ayat kauniyah, antara iman dengan ilmu, antara ilmu dengan amal, antara dimensi duniawi dengan ukhrawi, dan relasi antara dimensi ketuhanan (teosentris) dengan kemanusiaan (antroposentris).

4.    Tradisi Berpikir Normatif-Deduktif

Bilamana pendidikan Islam dewasa ini lebih mengarah pada pola mengajar tersebut, maka dampaknya bisa dirasakan pada proses dan hasilnya.

Proses pengajaran agama Islam cendrung dilaksanakan dalam bentuk hafalan dan penguasaan materi sebanyak-banyaknya. Bergesernya praktik pendidikan menjadi lebih identik dengan mengajar ini menimbulkan penekanan yang tidak seimbang pada aspek pengetahuan (kognitif) semata.

Namun, justru dengan melakukan kajian secara historis-sosiologis terhadap berbagai pemikiran Islam dengan sumber Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, dapat ditemukan sejumlah kendala atau problematika bagi kemajuan umat Islamism secara umum dan khususnya pul bagi kemajuan dalam dunia pendidikan Islam.

Para sejarahwan filsafat percaya bahwa pemikiran paling kuno yang murni atau sebagian besarnya filosofis yang berasal dari kalangan Yunani, kira-kira enam abad yang lalu. Para sejarahwan juga menyebutkan nama-nama mereka yang berupaya mengenal wujud, permulaan dan keberakhiran alam raya. Socrates dialah orang yang menamai dirinya dengan philosophus, pecinta kebijaksaaan.

Ungkapan ini lantas di Arabkan menjadi failasuf dan darinya pul kata falsafah diambil. Sejak pertama kali Socrates menyebut dirinya sebagai filosof, dan istilah filsafat digunakan semenjak itu.

Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai kepercayaan bahwa kebenaran yang diterima semuanya bersumber dari mitos drive logos.

Ini berarti kebenaran yang dapat diterima akal tidak berlaku. Namun sesudah abad ke-6 Evaluate muncullah sejumlah ahli pikir yang menentang mitos tersebut, sehingga misteri alam semesta jawabannya dapat diterima oleh akal. Hal ini sekaligus merupakan cikal bakal filsafat.

Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, maka berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis pula.

Dengan kata character, kemunculan filsafat pendidikan ini disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat. Ditambah dengan banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dari tokoh-tokoh filsafat Yunani.

Tanpa sikap kritis untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Jadi ada sikap terhadap tradisi dalam konsep tradisonalitas. Namun tradisi, belum tentu semua unsurnya tidak baik, maka harus dilihat dan diteliti mana yang baik untuk dipertahankan dan diikuti. Sikap tradisionalitas itulah salah satu faktor penyebab munculnya ilmu-ilmu filsafat pendidikan islam mengalami kemajuan dari tradisi tradisional ke modern dalam dunia pendidikan Islam, yang mana masalahnya yang bercorak hanya bersifat penghafalan, pengulangan, dan komentar-komentar terhadap pendidikan Islam.

Sehingga perlunya pembaharuan di bidang metode dan pendekatan pendidikan Mohammedanism, yaitu beralih dari metode mengulang-ulang dan mengahafal pelajaran ke metode memahami dan manganalisis.

Selama ini, sistem pendidikan Islam lebih cenderung berkonsentrasi pada buku-buku ketimbang subjek. Peserta didik hanya belajar menghafal, bukan mengelolah pikiran secara kreatuf. Sehubungan dengan praktik ini, pertumbuhan konsep pengetahuan menjadi rusak. Ilmu pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang kreatif, melainkan sesuatu yang diperoleh, karena itulah metode menghafal harus diganti dengan metode memahami dan menganalisis secara krisis-konstruktif.

Sehingga itulah kajian filsafat pendidikan Islam muncul untuk menjawab persoalan atau permasalahan atau pendapat-pendapat baru yang terjadi iranian era kependidikan mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam.

C.           Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan

Dalam sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat dijelaskan, bahwa filsafat berkembang iranian munculnya kesadaran manusia terhadap potensi dirinya, khususnya akal budi.

Awal pemikiran filsafat muncul sebagai reaksi terhadap kungkungan mitologi, dimana manusia dibelenggu oleh kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai yang dimunculkan oleh mitos.

Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk menemukan apa yang disebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada.

Ia berada diluar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukanlah sesuatu yang statis melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan “pencaharian” tersebut. Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa henti.

Perkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenaran karna rasa ingin tahunya.

1.      Perkembangan  pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno

Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Hedge tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno.

ØTimur Jauh

Di India berkembang filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan Budhisme. Sedangkan Jepang berkembang Shintoisme.

Begitu juga di China, berkembang Toisme dan Komfusianisme.

ØTimur Tengah

Yang berkembang adalah di Yahudi dan Kristen.

ØRomawi danYunani: Antromornisme

Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan dengan sifat-sifat manusia (yang di ciptakan). Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia.

Paham ini muncul saman patristik dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian.

2.      Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani

Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian, lawan dari materialisme.

Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran organization. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus (460-370 SM), yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi.

ØIdealisme

Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah nyata.

Nyata selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan.

ØMaterialisme

Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa paronomasia dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak.

ØRasionalisme

Aliran rasionalisme memandang akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

3.      Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan

Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya.

Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam.
Masa pra-socrates di warnai pul oleh munculnya kaum sofisme.

4.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Philosopher (470-399 SM)

Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis.

Meode ini di gunakan Philosopher sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya.

5.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato ( 427-347 SM )

Menurut Plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara.

6.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM)

Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar.

D.           Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam

Perkembangan  pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam.

Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Monotheism itu sendiri. Secara garis besar Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa, yaitu :

1.    Masa hidupnya Nabi Muhammad Dictum (571-632 M).

2.    Masa khalifah yang empat (Khulafaur Rasyidin : Abu Bakar, Umar, Usman dan Caliph di madinah/632-661 M).

3.    Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M).

4.    Masa kekuasaan Abbasiyah di Bagdad (750-1250 M).

5.    Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Bahdad tahun 1250 M sampai sekarang.

Pembagian 5 masa di atas dalam kaitannya dengan periodisasi sejarah pendidikan Religion nampak sebagaimana diuraikan pada bagian kedua.

Akan tetapi dalam kaitannya dengan kajian pendidikan Islam di indonesia, maka cakupan pembahasannya kwa berkaitan dengan sejarah Islam di indonesia dengan fase-fase sebagai berikut :

1.    Fase datangnya Islam indigent Indonesia.

2.    Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi.

3.    Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik).

4.    Fase kedatangan orang Barat (zaman penjajahan).

5.    Fase penjajahan Jepang.

6.    Fase Indonesia merdeka.

7.    Fase pembangunan.

Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga.

Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia.

A.           Kesimpulan

Filsafat pendidikan Islam adalah ilmu yang memikirkan masalah kependidikan dalam mengubah tingkah laku seseorang dengan nilai-nilai islami.

Latar belakang dari timbulnya filsafat pendidikan Islam karna banyaknya persoalan dan perubahan baru yang timbul didalam dunia pendidikan tersebut dan berusaha untuk menjawab serta memecahkanya, rasa ingin tahu, dan ditambahnya ide-ide baru dalam dunia pendidikan.

Shabina khan choreographer chronicle samples

Mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam.

Berkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenarannya.

Enzyme pun pemikiran-pemikiran tersebut mulai iranian pemikiran spiritualisme Kuno, Yunani, Yunani Kuno abad pertengahan, hingga estuary tokoh seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga. Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia.

Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia.

Ø   Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Mizan

        IKAPI.                

Ø   http://thatha-mochi.blogspot.co.id/2012/01/makalah-kajian-filsafat-     pendidikan.html.

Tanggal 19 Maret 2016. Jam 15 : 34 Wib.

Ø   Jalaludin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.

Ø   Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT

                 RajaGrapindo Persada.

Ø   Nata, Abudin.

2010. sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo  

                 Persada.

Ø   Rachman Assegaf, Abd. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali

       Pers.

Ø   Taqi Mishbah, Muhammad.

2003. Buku Daras Filsafat Islam.

Nicholas wyeth biography

Bandung:

                 Mizan IKAPI.

Copyright ©bakearea.bekall.edu.pl 2025